Faktor bentuk dinyatakan dalam bentuk angka koreksi terhadap bentuk batang yang tidak silinder. Angka bentuk pohon setiap jenis pada hutan tropika belum tersedia secara keseluruhan, sehingga penaksiran potensi pohon masih memakai faktor pohon yang berlaku untuk semua jenis pohon adalah 0,7.
Tujuan penelitian ini:
1)Mengkaji faktor bentuk pohon pada lima pohon rimba campuran yaitu Kayu Arang, Binuang, Kuranji, Medang dan Jabon.
2)Mengkaji secara teknis pengukuran panjang batang dalam menetapkan faktor bentuk pohon.
Manfaat yang diharapkan:
1)Menghasilkan prediksi volume pohon berdiri lima jenis rimba campuran mendekati kenyataan lapangan sebagai dasar dalam perencanaan produksi hasil hutan berupa kayu secara berkelanjutan.
2)Sebagai pijakan dari aspek teknis terhadap pengukuran panjang batang dalam penentuan volume pohon.
Rumusan faktor bentuk sebagai koreksi bentuk dilakukan sebagai berikut:
Berdasarkan ilustrasi di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1)Apakah faktor bentuk kelima jenis rimba campuran memiliki angka berbeda?
2)Apakah pengukuran panjang batang dalam menentukan volume pohon dapat dipertanggung jawabkan secara teknis?
Langkah pelaksanaan penelitian diilustrasikan seperti diagram berikut:
Pelaksanaan penelitian :
1) Penentuan petak contoh; petak ukur sebagai petak contoh berukuran 1.000 m x 1.000 m dengan lebar jalur 20 m. Metoda pengamatan secara sistematik.
2) Pemilihan jenis; jenis dipilih dari hasil telaahan dokumen LHC dengan memperhatikan KepMenHut tentang Pengelompokan Jenis Kayu Rimba Campuran.
3) Penentuan pohon contoh; dipilih sedapat mungkin menyebar rata dengan memperhatikan kondisi geografis dan struktur tegakan. Dari sejumlah pohon contoh yang diperoleh ditetapkan 75 pohon contoh setiap jenis, sehingga kelima jenis pohon yang diamati sejumlah 375 pohon.
4) Pengukuran dimensi pohon; (a) diameter diukur dengan cara mengukur keliling batang pohon setinggi 130 cm dari permukaan tanah. Pengukuran tinggi pohon hingga sampai setinggi bebas cabang pertama.
(b) pengukuran dimensi batang dilakukan tiap 1 meter (seksi 1), 2 meter (seksi 2) dan tanpa seksi (secara frustrum). Pengukuran diameter pangkal dan ujung batang (frustrum) dilakukan masing-masing dua kali, sedangkan antara seksi diukur kelilingnya. Dimensi batang dimaksud adalah batang pohon sudah berupa kayu bulat (tanpa kulit).
Tata cara pengukuran dimensi batang seperti ilustrasi berikut.
(c) pengukuran tinggi tunggak dari pangkal batang hingga batas tebangan. Mengingat pangkal batang bekas tebangan (bontos pangkal batang) dilakukan perapian (trimming), maka bagian tersebut dimasukkan ke dalam pengertian tunggak.
(d) pengukuran tebal kulit dilakukan pada batas pangkal tunggak dan setiap antara dua seksi. Letak pengukuran tebal kulit seperti ilustrasi berikut.
5) Pengolahan data; (a) volume pohon (dengan dan tanpa kulit) dihitung dengan menggunakan f130 (0,7) dan berupa volume silinder pohon, (b) rumusan penentuan volume batang tiap seksi maupun volume tunggak berdasarkan rumus Brereton, berupa volume seksi (seksi 1 dan seksi 2), volume frustrum dan volume tunggak diperoleh Vps = Vss + Vtg (volume pohon berdasarkan seksi 1 m dan seksi 2 m) dan Vpf = Vfb + Vtg (volume berdasarkan frustrum), (c) rumusan-1 f(SS) = Vps/Vsp dan rumusan-2 f(FR) = Vpf/Vsp.
6) Kajian faktor bentuk:
(a) uji kesamaan rataan berupa:
(1) rumusan hipotesis Ho : µ = µo atau Ho : µ = 0,7 ; H1 : µ µo atau Ho : µ 0,7
(2) kriteria pengujian
(3) keputusan uji: (3a) terima Ho berarti tidak ada perbedaan (seragam) antara faktor bentuk f(BC) terhadap faktor bentuk 0,7, (3b) tolak Ho berarti terdapat perbedaan antara faktor bentuk f(BC) terhadap faktor bentuk 0,7.
(b) uji kesamaan dua rataan berupa:
(1) rumusan hipotesis Ho : µ1 = µ2 ; H1 : µ1 µ2
(2) kriteria pengujian
(3) keputusan uji: (3a) terima Ho berarti tidak ada perbedaan antara faktor bentuk terhadap pasangan f(SS) dan f(FR), (3b) tolak Ho berarti terdapat perbedaan antara faktor bentuk terhadap pasangan f(SS) dan f(FR).
Hasil kajian faktor bentuk pada uji kesamaan rataan
1) kajian dengan kulit melalui uji kesamaan rataan faktor bentuk
Keterkaitan panjang pengukuran (seksi) terhadap faktor bentuk dengan kulit diilustrasikan sebagai berikut:
2) kajian tanpa kulit melalui uji kesamaan rataan faktor bentuk
Keterkaitan panjang pengukuran (seksi) terhadap faktor bentuk dengan kulit diilustrasikan sebagai berikut:
Hasil kajian faktor bentuk pada uji berpasangan
1) kajian dengan kulit melalui uji berpasangan faktor bentuk
2) kajian tanpa kulit melalui uji berpasangan faktor bentuk
Kesimpulan & Saran hasil kajian:
(1) faktor bentuk kelima jenis dengan kulit mendekati 0,8, kecuali jenis untuk Binuang sebesar 0,7 dan faktor bentuk tanpa kulit 0,7.
(2) Kelima jenis memiliki faktor yang sama pada pengukuran 1 meter, 2 meter dan frustrum, kecuali jenis Medang mempunyai faktor bentuk berbeda pada pengukuran seksi dan seksi 2 dengan kulit.
(3) faktor bentuk dengan kulit pada pengukuran seksi 1 meter, 2 meter dan frustrum berbeda sangat nyata terhadap faktor bentuk 0,7.
(4) Faktor bentuk tanpa kulit dengan pengukuran seksi 1 meter, 2 meter dan frustrum berbeda sangat nyata hanya pada jenis Binuang terhadap faktor bentuk 0,7
(5) Pengukuran panjang batang kelima jenis rimba campuran cukup dilakukan secara frustrum atau tanpa saksi. Khusus jenis Medang dapat pula diukur sepanjang 2 meter.
(6) Untuk memperoleh potensi jenis rimba campuran yang lebih akurat sebaiknya menggunakan faktor bentuk tanpa kulit.
(7) Untuk menetapkan potensi kayu kelima jenis yang diteliti dianjurkan menggunakan faktor bentuk 0,7017 (Kayu Arang), 0,6752 (Binuang), 0,7049 (Kuranji), 0,6994 (Medang) dan 0,6998 (Jabon).
A2Karim
*) Judul asli: KAJIAN FAKTOR BENTUK POHON LIMA JENIS RIMBA CAMPURAN DI HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, KALIMANTAN SELATAN (Tesis Program Studi Ilmu kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, 2003)
**) Ringkasan & disusun ulang
0 comments:
Post a Comment