Angkis (bhs Dayak Loksado, Pegunungan Meratus) lebih dikenal dengan sebutan sarang-semut (samut). Jenis angkis yang banyak ditemukan adalah Myrmecodia tuberosa Bentuknya mirip umbi, di bawah batang tanaman yang menggelembung. Bagian yang menggelembung itulah yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan digunakan masyarakat sebagai tanaman obat. Di dalamnya terdapat tiga jenis semut Irydomyrmex sebagai penghuninya.
Sampai saat ini belum ada data base yang menginformasikan komposisi jenis dan potensi angkis berdasarkan karakteristik ekologis habitatnya. Sementara peredaran angkis alam di pasaran sebagian besar berasal dari kawasan hutan lindung Loksado di Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Angkis tersebut diproduksi dalam bentuk ekstrak sebagai minuman suplemen.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi karakteristik ekologis habitatnya sehingga dapat dijadikan sebagai data base dan sekaligus sebagai upaya pembudidayaannya untuk menunjang kelestarian angkis di hutan alam.
Tumbuhan angkis ini secara morfologi terbagi atas umbi, batang, daun dan bunga. Umbi batang angkis yang ditemukan ada yang bulat dan ada yang bulat memanjang (lonjong). Bentuk lonjong ini yang paling banyak ditemukan. Demikian pula bentuk daunnya bulat memanjang (lonjong). Permukaan umbi batang berwarna cokelat keabu-abuan dan diselimuti oleh duri-duri kecil. Ketika umbi batang tersebut dibelah, akan nampak lapisan dalam yang berongga-rongga dan di dalamnya banyak dihuni oleh semut.
Memperhatikan ukurannya diperoleh angkis (Myrmecodia tuberosa)berukuran kecil (p-rata2 = 5 cm; d-rata2 = 3-5 cm; berat basah = 0,25 kg/umbi ) dan berukuran besar (p-rata2 = 40 cm; d-rata2 = 15 cm; berat basah = 5 kg/umbi).
Bunga angkis sangat kecil dan berwarna orange. Pembungaan mulai sejak beberapa ruas terbentuk dan ada pada tiap buku. Dua bagian pada setiap bunga berkembang pada suatu kantong udara yang berbeda. Alveoli tersebut mungkin ukurannya tidak sama dan terletak pada tempat yang berbeda di batang. Kuntum bunga muncul pada dasar alveoli. Di dalam bunga tersebut terdapat biji.
Hasil inventarisasi jenis pohon inang angkis (terurut sesuai gambar) adalah asam, bayuan, bijai, cangkring (dadap), gala-gala, gintungan, hambawang, jalamo, karet, kasturi, kemiri, merumbung, mikumbang, rambutan, tiwadak/cempedak.
Penyebaran sarang semut selain berada pada wilayah topografi lereng bawah dan dekat sungai, untuk saat ini keberadaannya meliputi penutupan vegetasi berupa hutan, perkebunan (kebun campuran), belukar dan kawasan pemukiman.
Menurut masyarakat, ada 2 jenis angkis yang sering ditemukan di hutan, yaitu angkis merah dan angkis putih. Perbedaan keduanya terletak pada warna batangnya jika dibelah. Pada angkis merah, setelah dibelah batangnya kelihatan di dalamnya warna merah dan pada angkis putih, warna batang bagian dalamnya berwarna putih. Angkis merah sudah sangat jarang ditemui, bahkan dalam penelitian ini belum/tidak ditemukan lagi angkis merah tersebut.
Berdasarkan analisa lapangan diperoleh bahwa :
1. Hanya ditemukan 1 jenis angkis (Myrmecodia tuberosa) dan oleh masyarakat dikenal sebagai ”angkis putih”.
2. Tumbuhan yang ditemukan sebagai pohon inang angkis sebanyak 15 jenis (aslinya 17 jenis).
3. Potensi pohon inang rata-rata sebanyak 11,5 pohon/ha. Potensi angkis rata-rata sebanyak 127 buah/ha. Atau secara keseluruhan (kecamatan Loksado) ditemukan sekitar 102.127 pohon inang dan angkis sebanyak sebanyak 1.127.841 buah.
4. Angkis di kecamatan Loksado diperkirakan seberat 3.383.524 kg atau hampir 3,4 ton berat basah.
5. Kondisi ekologi yang paling berperan tentang keberadaan angkis adalah intensitas cahaya.
*) Judul asli : "INVENTARISASI KOMPOSISI JENIS DAN POTENSI TUMBUHAN SARANG SEMUT (MYRMECODIA SP) BERDASARKAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS HABITATNYA DI KAWASAN HUTAN PEGUNUNGAN MERATUS KALIMANTAN SELATAN"
*) Peneliti : IR. GUNAWAN, MP; DRS. SUYANTO, MP; HAFIZIANOR, S.HUT, MP
Disarikan oleh A2Karim
0 comments:
Post a Comment